KODE IKLAN DFP 1 Beberapa Referensi Kata Puitis | Formasi Kalimat Indah Yang Puitis | kumpulan ilmu dan pengetahuan penting

Beberapa Referensi Kata Puitis | Formasi Kalimat Indah Yang Puitis

KODE IKLAN 200x200
KODE IKLAN 336x280
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya dalam postingan 'Apakah itu Puitis?'. Intinya, puitis itu mempunyai sifat keindahan layaknya puisi. Maka dalam hal ini yang disebut sebagai puitis yaitu kata (lebih tepatnya kalimat) yang diungkapkan dengan rangkaian yang indah.

Rangkaian yang indah itulah yang mirip puisi.

Hal yang bisa disampaikan dengan puitis bukan hanya problem yang indah, problem cinta, problem kebahagiaan. Semua hal bisa diungkapkan dengan kata-kata puitis. 

Berikut ini yaitu beberapa teladan kata dan kalimat yang puitis. Baik kata-kata puitis yang sudah klise (terlalu sering diucapkan dan digunakan) maupun kata-kata puitis yang baru, dan mungkin tidak pernah didengar dan diketahui.

Namun demikian, kata-kata dianggap puitis bagi sebagian orang belum tentu dianggap puitis juga oleh orang lain. Maka dari itu, sebelum membaca, mohon maafkan kalau kata-kata berikut ini dianggap kurang puitis.

Kata-kata puitis ihwal hujan:

(1) Hujan akan tetap tiba lagi, walau terjatuh berkali-kali.
(2) Adakah yang lebih tulus dari hujan? yang sudi jatuh tanpa mengarap akhir lagi.
(3) Hujan ini, biar turut menyejukkan hatimu yang lagi gundah.
(4) Biarkan hujan ini, turut menghapus jejak dan rinduku padamu.
(5) Jika hujan ini tak bisa membasahi kering jiwamu, air mata mana lagi yang harus saya curahkan?

Kata-kata di atas yaitu kalimat puitis ihwal hujan yang berkaitan dengan cinta. Bisa jadi, kata-kata puitis ihwal hujan yang menggambarkan bencana. Misalnya:

(6) Hujan tak pernah bersalah pada alam, kita saja yang mengusiknya. Ini hanya peringatan dari-Nya.
(7) Tidaklah salah hujan yang mencurah, tidak salah air yang melimpah. Kita saja yang tidak mesra, dengan limpahan air yang menyentuh atap rumah kita.

Kedua kalimat di atas (6) dan (7) merupakan penggambaran petaka (banjir) yang diungkapkan dengan puitis. Jadi, kalimat ini mengambarkan bahwa, tidak selamanya.

Selanjutnya kita baca kata-kata puitis ihwal kehidupan sehari-hari:

(8) Biarkan saya mengayuh sepedaku, melawan terpaan angin dan terik mentari yang menyengat. Demi masa depanku yang masih harus kuperjuangkan.
Pada dasarnya, kalimat di atas (8) bisa ditulis dengan tidak puitis mirip ini: aku pergi sekolah dengan bersepeda, angin kencang, dan matahari sangat terik. Ini kulakukan untuk mencapai cita-cita.

(9) Sang saka dwiwarna berkibar dengan gagahnya di angkasa.
(10) Sang merah putih berdansa bersama  sepoi angin di ujung tiang tertinggi. 
Kalimat (9) dan (10) kalau ditulis dengan kata yang tidak puitis: Bendera merah putih berkibar ditiup angin.


Selanjutnya kita baca bersama contoh-contoh kata puitis yang klise, yang sering kita dengar:

(11) Wajahmu indah bagaikan rembulan purnama;
(12) Beribu perempuan yang ada di dunia, hanya kaulah yang kusuka;
(13) Kurelakan kamu pergi dengan yang lain, sebab cinta tak harus memiliki;
(14) Semua akan indah pada waktunya
(15) Telah kuberikan segala-galanya untukmu. 
Contoh-contoh di atas yaitu teladan kata puitis yang sudah terlalu klise. Menjadi enek untuk mendengarnya. Lebih baik jangan dipakai lagi.

Cobalah susun kata-kata puitismu sendiri. Pasti lebih mengena!
KODE IKLAN 300x 250
close
==[ Klik disini 1X ] [ Close ]==
KODE IKLAN DFP 2
KODE IKLAN DFP 2