KODE IKLAN DFP 1 Makna Pilihan Kata Puisi 'Dalam Gelombang' Karya Sutan Takdir Alisjahbana | kumpulan ilmu dan pengetahuan penting

Makna Pilihan Kata Puisi 'Dalam Gelombang' Karya Sutan Takdir Alisjahbana

KODE IKLAN 200x200
KODE IKLAN 336x280
Pilihan kata dalam puisi Dalam Gelombag karya Sutan Takdir Alisjahbana (St Takdir Alisyahbana) sangat khas. Selain tentu mempunyai makna yang sangat dalam, pilihan kata dalam puisi karya tokoh angkatan Pujangga Baru ini. Dengan ciri khas pilihan kata yang bersayap-sayap dan masih terpengaruh oleh puisi lama, puisi Dalam Gelombang karya Syahbana ini sanggup dianalisis dan dipahami maknanya menurut pilihan kata.

Berikut ini yakni teks lengkap puisi Dalam Gelombang karya Sutan Takdir Alisjahbana:

Dalam Gelombang

Alun bergulung naik meninggi,
Turun melembah jauh ke bawah,
Lidah ombak menyerak buih,
Surut kembali di air gemuruh.


Kami mengalun di samud'ra-Mu,
Bersorak bangga tinggi membukit,
Sedih mengaduh jatuh ke bawah,
Silih berganti tiada berhenti.

Di dalam suka di dalam duka,
Waktu bah'gia waktu merana,
Masa tertawa masa kecewa,
Karni berbuai dalam nafasmu,
Tiada kuasa tiada berdaya,
Turun naik dalam 'rama-Mu.

St. Takdir Alisjahbana (1984:4)

Dalam artikel ini, tidak lagi dibahas perihal makna puisi Dalam Gelombang menurut parafrasenya. Karena parafrase puisi Dalam Gelombang milik St Takdir Alisjahbana ini sudah ada dalam artikel sebelumnya yang berjudul: Memahami Isi Puisi 'Dalam Gelombang'  Karya Sutan Takdir Alisjahbana.

Dalam artikel ini dijelaskan perihal keindahan dan makna puisi menurut pilihan katanya. Berikut ini hasil analisis puis Dalam Gelombang karya Sutan Takdir Alisyahbana:

Penggunaan Rima Puisi 'Dalam Gelombang' Karya Sutan Takdir Alisyahbana

Rima yang dimaksud dalam analisis puisi ini yakni penggunaan bunyi, baik dalam satu bait, maupun dalam satu larik.

Penggunaan Sinonim

Penggunaan sinonim dengan pertimbangan rima dalam satu larik, sangat tampak pada bait pertama Puisi 'Dalam Gelombang' Milik Takdir.

Alun bergulung naik meninggi,
Turun melembah jauh ke bawah,
Lidah ombak menyerak buih,
Surut kembali di air gemuruh.

Hampir di setiap baris terdapat penggunaan sinonim dengan suara yang mirip. Larik perta, terdapat kata alun bergulung, kedua kata ini bersinonim, yaitu sama-sama sanggup diartikan sebagai naik-turun. Dalam kata alun dan bergulung sama-sama terdapat suara l dan suara u. Sementara keduanya sama-sama mengandung kata nasal (n dan ng). Begitu juga dengan kata naik meninggi. Kata naik otomatis meninggi, kedua kata tersebut mengandung karakter suara n dan suara i.

Pada baris kedua, penggunaan sinonim dirangkaikan dalam tiga tingkatan, yaitu turun-melembah-bawah. Ketiga rangkaian kata itu mempunyai makna yang sama. melembah artinya menuju ke lembah, sementara lembah artinya daerah yang lebih rendah, menuju daerah yang lebih rendah artinya sama saja, turun. Kalau turun pastilah ke bawah.

Pada baris keempat, juga terdapat kata yang bersinonim, yaitu surut - kembali. Kedua kata ini bersinonim. Artinya surut yang kembali, artinya kembali ya surut.

Penggunaan Banyak Aliterasi

Masih berkaitan dengan suara dalam puisi Dalam Gelombang karya St Takdir Alisyahbana, ada penggunaan aliterasi. Aliterasi yakni pengulangan suara konsonan yang berurutan (KBBI V Luring).

Aliterasi-aliterasi yang terdapat dalam puisi 'Dalam Gelombang' yakni sebagai berikut:

Alun bergulung naik meninggi,
Turun melembah jauh ke bawah,
Lidah ombak menyerak buih,
Surut kembali di air gemuruh.

Kami mengalun di samud'ra-Mu,
Bersorak bangga tinggi membukit,
Sedih mengaduh jatuh ke bawah,
Silih berganti tiada berhenti.

Di dalam suka di dalam duka,
Waktu bah'gia waktu merana,
Masa tertawa masa kecewa,
Karni berbuai dalam nafasmu,
Tiada kuasa tiada berdaya,
Turun naik dalam 'rama-Mu.

Masing-masing larik yang tebal di atas, mengandung aliterasi. Mari kita bahas larik puisi Dalam Gelombang yang mengandung aliterasi di atas.

Turun melembah jauh ke bawah

dalam larik puisi di atas, terdapat pengulangan suara beruntun tiga kali dalam satu larik. Huruf yang sama dalam baris itu yakni suara -ah. dalam kata melembah, jauh, dan bawah.

Bersorak bangga tinggi membukit

dalam bari puisi tersebut, terdapat aliterasi b. Masing-masing kata yang mengandung suara b yakni bersorak, gembira, dan membukit. Meskipun tidak semuanya mrupakan kata dasar, tapi penggunaan aliterasi dalam puis itu, juga memperdalam makna dan menambah keindahan puisis.

Sedih mengaduh jatuh ke bawah

Dalam baris puisi Dalam Gelombang di atas, terdapat aliterasi h di tamat kata yang ditulis empat kali secara beruntun.

Di dalam suka di dalam duka

Jelas, aliterasi yang terdapat dalam puisi di atas yakni aliterasi d. 

Silih berganti tiada berhenti

Menurut penulis, ini yakni aliterasi yang paling keren yang terdapat dalam puisi 'Dalam Gelombang'. Baris tersebut mengandung aliterasi /ti/. Penggunaan kata yang berurut menyerupai ini, menambah keindahan dan makna puisi.

Pemenggalan Kata dan Penghilangan Huruf

Selain sebab belum adanya kaidah penulisan, penggunaan tanda baca yang tidak semestinya beredar luas dalam penutur bahasa Indonesia. Meskipun penggunaan tanda baca yang tidak sesuai kaidah, tapi sebuah penggunaan tanda baca telah menjadi ciri khas seorang penyari.

Berikut ini yakni penggunaan apostrof dan penghilangan karakter yang menjadi ciri khas Sutan Takdir Alisjahbana, masing-masing dalam kata:

samud'ra
bah'gia
'rama

Masing-masing kata di atas, kalau ditulis dengan ejaan yang telah disempurnakan kini ini, yakni sebagai berikut:

samud'ra = samudera
bah'gia = bahagia
'rama = irama

Pemenggalan-pemenggalan menyerupai ini, juga menjadi ciri khas yang dimiliki oleh Chairil Awar.

Demikian klarifikasi perihal makna kata puisi yang berjudul 'Dalam Gelombang'. Semoga bermanfaat dan lebih menyayangi puisi. Jangan lupa, downlod dan unduh materi-materi dalam pembajaran!
KODE IKLAN 300x 250
close
==[ Klik disini 1X ] [ Close ]==
KODE IKLAN DFP 2
KODE IKLAN DFP 2