KODE IKLAN DFP 1 Mebel Jepara : Perkembangannya Yang Meningkat Dari Tahun Ke Tahun | kumpulan ilmu dan pengetahuan penting

Mebel Jepara : Perkembangannya Yang Meningkat Dari Tahun Ke Tahun

KODE IKLAN 200x200
KODE IKLAN 336x280
Mebel Jepara - Siapa yang tak tahu kota Jepara? Sentra gesekan dan pengrajin kayu terbesar di Indonesia ini menjadi sebuah spot yang paling dicari baik dari kalangan pecinta gesekan maupun kalangan pebisnis baik skala nasional maupun Internasional. Ukiran Mebel Jepara sudah mempunyai kawasan di pasaran Internasional, dengan begitu pusat produksi gesekan Jepara pun masih menyisakan beberapa kawasan bagi para pebisnis untuk memulai usaha.

Ukiran Jepara paling terkenal disematkan pada Furniture Mebel. Dan perajin mebel Indonesia sebagian besar memang berada di Jepara. Tak ayal, dilansir dari okezone.com, pusat penjual mebel di Pondok Gede Jakarta pun mendatangkan barang pasokan khusus dari Jepara. Bahannya pun berkualitas, khas kayu jati Jepara. Mebel yang didatangkan dari Jepara juga tak hanya polosan saja, yang berukiran pun ada. Harga patokannya menembus level jutaan :
Untuk sebuah meja makan, harga patokan sanggup berkisar dari 3 juta hingga 7 juta rupiah; Lemari 2 pintu dari Jati Jepara sanggup dipatok dengan harga 6 jutaan; Kursi gesekan sanggup mencapai angka 9 jutaan; dan kuris meja polosan mencapa angkan 5 jutaan. Angka yang cukup menggiurkan untuk berbisnis, bukan?
Pengerjaan bermacam furniture mebel bertempat di Jepara, sehingga sangat masuk akal apabila Jepara dijadikan sebagai pusat pengrajin dan pembuatan mebel terbesar di Indonesia. Saking terkenalnya produk hasil pengrajin mebel Jepara di dalam dan luar negri, pada 15 Maret 2016 lalu, mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono memborong mebel jepara di pusat industri ukir dan patung Desa Mulyoharjo, Jepara. Tidak main-main, menyerupai yang dilansir dari jeparahariini.com, SBY memborong Mebel Jepara seharga lebih dari 30 juta rupiah.

Tak hanya mantan orang tertinggi Indonesia yang berkunjung dan membeli beberapa furnitur di pusat pengrajin mebel Jepara. Dubes Inggris untuk Indonesia, Moazzam Malik pada februari 2016 kemudian juga mengunjungi dan berdialog dengan pengrajin mebel Jepara di desa Kecapi, kecamatan Tahunan, kabupaten Jepara. Ia melihat pribadi bagaimana proses produksi pengerjaan mebel polos, ukir serta kerajinan rumah tangga lainnya. Ia juga memastikan bahwa seluruh pasokan furnitur ukir dari Jepara bersertifikat legal. Dan seluruh pebisnis industri Mebel Jepara sudah mengantongi Sistem Verifikasi dan Legalitas Kayu atau disebut SVLK dan hal tersebut sudah memenuhi persyaratan untuk sanggup masuk ke pasar internasional.
Bisa dikatakan perkembangan mebel Jepara meningkat signifikan dari tahun ke tahun. Bahkan gosip yang lebih menyenangkan bagi para pebisnis mebel Jepara ialah nilai ekspor mebel Jepara yang tembus mencapai USD 159 juta (tahun 2015). Ditambah degan data Asosiasi Mebel Dan Kerajinan Indonesia yang mencatat angka fantastis USD 1,9 miliar sebagai nilai total ekspor mebel Indonesia. Angka ini merupakan yang tertinggi sepanjang penjualan dan ekspor mebel Jepara ke pasar luar negri. Hal ini pertanda bahwa mebel Jepara masih mempunyai banyak peminat baik di dalam maupun di luar negri, sehingga perkembangannya sangat signifikan dan menarik dari tahun ke tahun.
Di kalangan eksportis pasar internasional, penjualan mebel Jepara ini masih menguasai di sektor pasar Uni Eropa dan Amerika Serikat. Tentunya juga tidak melupakan pasar ASEAN dan Timur Tengah yang cenderung menjadi pasar utama berdasarkan sebagian besar pengrajin Jepara. Kebutuhan akan mebel ini masih sangat tinggi, terlebih bisnis properti baik di tingkat nasional maupun internasional juga sedang berkembang pesat. Sejalan dengan tumbuhnya bisnis properti maka bisnis furnitur pun akan ikut tumbuh. Dan industri mebel Jepara sudah siap dengan kemungkinan memasok produk dalam skala besar ke seluruh Indonesia.

Dengan begitu, dalam kancah regional, industri mebel Jepara masih menjadi penyumbang produk domestik regional bruto tertinggi se-kabupaten Jepara. Sektor industri mebel dan kerajinan kayu ini mengalahkan angka penjualan sektor pertanian, yang sebelumnya digalakkan pemerintah setempat.

Namun, dari perkembangan diatas, bahwasanya industri mebel Jepara pernah mengalami pasang surut bisnis dari tahun 2004 hingga 2007. Pada masa kejayaan atau booming-nya produk furnitur khas mebel Jepara, yaitu pada tahun 1998 hingga 2003, data dari Asosiasi Pengrajin Kecil Jepara menawarkan kisaran banyaknya pengrajin mebel hingga angka 20 ribuan. Namun setelahnya, menurun drastis menjadi 12.000-an. Hingga 2007, pengrajin  yang bertahan hanya 7.800 unit usaha/pengrajin saja. Hal ini dikarenakan adanya ketidak seimbangan antara bea produksi dan penjualan, serta muncul banyak persaingan tak sehat antar pengrajin.

Kelesuan ini menciptakan industri pengrajin menekan biaya materi baku produksi dan tetapkan kontrak kerja sepihak dengan perkerja. Selain itu, pengusaha memanfaatka limbah kayu untuk dijadikan mebel, baik sebagai materi tambahan atau menggunakan sistem daur ulang (bahan bekas menjadi materi gres siap pakai). Desain gesekan mebel Jepara pun dibentuk seminimalis mungkin, namun tetap menonjolkan gambaran khas mebel buatan Jepara.
Inovasi pun dibuat. Para pengrajin semakin kreatif dalam menghasilkan kaeta dan efektif menggunakan materi baku. Tidak melulu menggunakan kayu jati sebagai materi gesekan mebel Jepara, namun juga mengandalkan materi kayu lainnya meski nilai jual jati tetaplah yang tertinggi. Bahan kayu yang menjadi lirikan para pengrajin ketika ini ialah kayu trembesi dan asam Jawa.

Aneka mebel Jepara yang paling diminati ialah perlengkapan furnitur, kerajinan kayu, kayu olahan, gesekan pada mebel dan tambahan rumah lainnya. Berbicara soal mebel Jepara, memilikinya satu unit saja ada sebuah prestige, tak ternilai harganya. Citra yang menempel pada kerajinan mebel khas Jepara inilah yang menciptakan penjualannya semakin meninggi dan bisnis mebel khas Jepara semakin dilirik kalangan atas.






Meski begitu, tentu persaingan di sektor industri selalu ada, membayangi kemajuan industri mebel Jepara. Kelesuan sektor ini rupanya dimanfaatkan oleh industri garmen untuk menguatkan bisnis di wilayah Jepara, dan mengancam eksistensi mebel dan gesekan khas Jepara. Industri garmen kian menjamur di Jepara, hingga menciptakan pelaku bisnis industri mebel Jepara kewalahan alasannya ialah tidak adanya tukang finishing, kepingan amplas, bahkan tukang ukir. Sebagian diantara pelaku industri mebel tersebut mengaku telah menolak pesanan dalam jumlah besar alasannya ialah kekurangan tenaga kerja.

Hal ini lantas mengakibatkan pemerintah setempat mempunyai PR khusus untuk mempertahankan Jepara sebagai kota Ukir, bukan kota kain apalagi kota obras. Jika bidang garmen ini terus menaik dan banyak pengrajin yang alih profesi, kemungkinan nilai ekspor mebel Jepara ke luar negri pun merosot tajam.

Padahal, banyak investor gila yang tertarik dengan industri satu ini. Selain kualitas yang sudah diakui di mata dunia, nilai jual yang tinggi (bahkan sanggup mencapai 5 kali lipat dari produk furnitur yang dibentuk pabrikan) serta hasil karya seni pada ukirannya, produk mebel Jepara pantas disandingkan dengan produk2 furnitur buatan luar negri. Namun, hambatan modal selalu menjadi kendala. Ini juga menjadi PR khusus pemerintah supaya selanjutnya industri mebel Jepara sanggup berjalan lancar, sehingga nilai ekspor menaik dan sekaligus mensejahterakan pelaku bisnis dan pengrajin orisinil Jepara. 

Nah, sesudah mengusut perkembangan industri Mebel Jepara diatas, apakah Anda tertarik untuk mempunyai bisnis Mebel Jati Jepara?
KODE IKLAN 300x 250
close
==[ Klik disini 1X ] [ Close ]==
KODE IKLAN DFP 2
KODE IKLAN DFP 2